Minggu, 05 Juni 2016

Materi tentang Public Relation

·         Konsep Awal Public Relations

Pada awalnya, istilah public relations memiliki konsep yang sama pentingnya dengan konsep‐konsep lainnya seperti pemasaran, produksi, keuangan, dll. Coba saja kita lihat definisi tentang public relations (PR), dari sekian banyak definisi tentang PR, salah satu diantaranya seperti diungkapkan oleh British Institute of Public Relations (IPR) menyatakan bahwa “PR is about reputation (the result of what you do, what you say & what others say about you). PR Practice is the discipline which looks after reputation with the aim of earning understanding & support, & influencing opinion & behavior”.
Menurut IPR, PR terkait dengan reputasi, meskipun tampaknya mudah namun peng rtian tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang PR sangatlah berat, karena reputasi positif tidaklah terbentuk begitu saja. Reputasi positif hanya dapat diperoleh dengan perjuangan dan kerja keras yang harus dilakukan organisasi. Perjuangan dan kerja keras ini meliputi apa yang dilakukan organisasi, apa yang dikatakan oleh organisasi, dan apa yang dikatakan publik tentang organisasi. Bukan suatu pekerjaan yang mudah.
Menurut Charle s Fombrun, seorang professor di Stren School of Businees, New York University yang juga seorang kepala editor jurnal Corporate Reputation Review, menyatakan “reputation as the sum of the images the various constituencies have of an organization” (Fombrun, 1996), dari sini dapat dilihat bahwa reputasi terbentuk dari sejumlah citra yang diberikan kepada organisasi oleh publiknya. Sementara citra memiliki pengertian sebagai refleksi dari realitas suatu organisasi, sebuah realitas yang dilihat dari sudut pandang publik organisasi (Argenti, 2007, p.66). Beragam citra sebuah organisasi akan terbentuk tergantung pada siapa publik yang terlibat. Citra dibentuk dari identitas organisasi atau korporasi (corporate identity).
Oleh karena itu identitas adalah manifestasi visual dari citra yang disampaikan melalui logo, produk, layanan, bangunan, alat tulis, seragam, dan benda‐benda lain yang tampak (tangible), yang dibuat oleh organisasi untuk berkomunikasi dengan khalayaknya. Selanjutnya khalayak akan mempersepsi citra sebuah organisasi berdasarkan pada pesan yang dikirimkan organisasi dalam bentuk identitas organisasi yang terlihat tersebut (Argenti, 2007, p.79). Jika identitas ini benar‐benar merupakan bayangan nyata organisasi, maka program identitas ini bisa dinyatakan sukses. Dan jika persepsi khalayak ternyata berbeda dengan realitas yang ingin ditampilkan organisasi, maka bisa dikatakan strateginya tidak efektif atau pemahaman organisasi akan dirinya sendiri perlu untuk dimodifikasi.
Dari sini dapat dilihat keterkaitan antara budaya organisasi, identitas organisasi, citra, dan reputasi. Budaya organisasi seringkali dikatakan sebagai sesuatu yang tidak berwujud (intangible), oleh karena itu untuk mengukur bagaimana implementasi budaya organisasi akan dimanife stasikan secara visual melalui identitas organisasi yang wujudnya dapat dilihat pada nama, merek, simbol, dan penampilan organisasi. Kenyataan yang tampak pada nama, merek, simbol, dan penampilan organisasi inilah yang akan menimbulkan citra pada publik organisasi. Publik selanjutnya akan menerima realitas dari organisasi tersebut melalui identitas yang ditampilkan. Kumpulan citra organisasi yang diberikan oleh publik inilah yang kemudian menjadi reputasi organisasi. Apakah positif atau negatif tergantung pada bagaimana organisasi tersebut menampilkan realitasnya kepada publik.
Definisi lain tentang PR adalah menurut International Public Relations Association (IPRA), yang merupakan wadah PR Internasional, menyatakan bahwa PR merupakan fungsi manajemen yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi, lembaga umum maupun pribadi untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan publik dengan cara menilai opini publik, yang bertujuan untuk menghubungkan kebijaksanaan dan prosedur, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan komunikasi yang te rencana dan tersebar luas. Mengacu pada definisi di atas dapat dilihat bahwa pada intinya seorang PR harus memahami 5 hal utama yaitu :
1.      Paham bahwa PR merupakan fungsi manajemen
2.      Semua kegiatannya dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan publik
3.      Dengan cara menilai opini publik
4.      Untuk mencapai kerja sama dan kepentingan bersama
5.      Melalui kegiatan komunikasi yang terencana dan tersebar luas.

Sekarang coba kita cermati satu per satu, (1) PR merupakan fungsi manajemen, oleh karena itu manajemen di semua organisasi harus memerhatikan PR dan dalam upaya menjalankan fungsi manajemen ini, seorang PR harus mendasarkan kegiatannya pada perumusan masalah (fact finding), perencanaan, aksi dan komunikasi, serta evaluasi atau yang diperkenalkan oleh Cutlip dan Center dengan istilah Proses PR. Proses PR selalu diawali dan diakhiri dengan penelitian karena didalamnya mencakup perumusan masalah dan evaluasi yang semuanya hanya dapat dijawab melalui penelitian.
Dari hasil penelitian ini kemudian seorang PR sudah menemukan penyebab timbulnya masalah dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah‐langkah tersebut dirumuskan dalam bentuk rencana dan program. Seringkali kegiatan perencanaan lupa dilakukan oleh seorang PR dan langsung masuk ke tahap selanjutnya. Meskipun tidak jarang tindakan ini membawa hasil yang tidak buruk, namun langsung masuk ke tahap aksi tidak disarankan untuk dilakukan karena terlalu tinggi risikonya bagi reputasi perusahaan. Dari perencanaan, kemudian melangkah ke tahap aksi dan komunikasi yang berusaha untuk menjawab pertanyaan “how do we do it and say it”. Dan tahapan yang terakhir adalah evaluasi dimana pada tahap ini PR perlu melakukan evaluasi atas langkah‐langkah yang te lah diambil. Tahap ini melibatkan pengukuran atas
hasil tindakan di masa lalu.
Proses PR yang juga terkait dengan fungsi manajemen ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan publik. Mengapa saling pengertian, simpati, dan dukungan publik penting bagi sebuah organisasi? Jika mengacu pada definisi menurut British Institute of Public Relations, PR te rkait dengan reputasi. Bagaimana reputasi yang baik akan te rbentuk jika tidak ada saling pengertian, tidak ada simpati, dan tidak ada dukungan publik terhadap sebuah organisasi. Disinilah PR berperan untuk membentuk opini publik yang positif
sehingga reputasi positif pun akan te rbentuk dengan adanya kesamaan pengertian, munculnya simpati, dan adanya dukungan publik terhadap apa yang dilakukan serta dikatakan oleh organisasi.
Seringkali PR juga dikaitkan dengan opini publik, dan ini penting dikelola oleh seorang PR. Opini publik memang merupakan hal yang mendasar bagi pekerjaan seorang praktisi PR. Bahkan hubungan yang dilakukan oleh organisasi mana pun di dunia tidak lepas dari munculnya opini di dalam masyarakat. Mengapa opini ini kemudian menjadi suatu hal yang penting, tentu dapat dilihat dari sifat komunikasi yang dilakukan manusia dalam kedudukannya sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat secara luas. Kedua peran ini tentu menyebabkan perlu dilakukannya pengelolaan opini publik agar te tap te rcipta saling pengertian, simpati, dan dukungan publik.

·         10 Prinsip Dasar Fungsi dan Peran PR

Organisasi memang harus menampilkan sebuah realitas kepada publik dan publik selanjutnya akan mempersepsi organisasi tersebut berdasarkan realitas yang mereka te rima. Oleh karena itu, berdasarkan definisi PR te rsebut di atas, dapat disimpulkan bahwa PR sebuah organisasi akan menjalankan peran untuk mengelola manajemen komunikasi, manajemen reputasi, dan manajemen hubungan antara publik dengan organisasi (Newsome, 2003, p.3).
Dari peran inilah maka gambaran 10 prinsip dasar yang harus dilakukan dan dimiliki praktisi PR dalam menjalankan fungsi dan perannya adalah :
1.      PR bekerja dengan realitas (fakta), dan bukan fiksi.
2.      PR bekerja dengan publik (khalayak aktif) dan tidak didasarkan pada hubungan secara pribadi. Seorang praktisi PR memang harus pandai membangun personal relations tetapi orientasi layanan yang dibe rikan didasarkan pada kepentingan publik dan bukan perseorangan.
3.      Kepentingan publik harus menjadi acuan utama penyelenggaraan sebuah program atau kebijakan, oleh karena itu seorang PR harus bisa mengatakan ”tidak” pada program dan kebijakan yang hanya menguntungkan orang-orang tertentu saja.
4.      Karena PR berkewajiban untuk dapat mencapai beragam publik maka digunakan media massa, oleh sebab itu integritas media massa te rsebut harus dapat dipertanggung jawabkan.
5.      Karena PR menjembatani hubungan antara organisasi dengan publiknya, maka praktisi PR harusnya seorang komunikator yang handal hingga pengertian antara organisasi dan publiknya dapat tercapai.
6.      PR harus bisa menggunakan riset opini publik yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, dalam upaya mencapai komunikasi dua arah dan menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang komunikator.
7.      Seorang PR juga harus mampu menggunakan pendekatan keilmuan te rutama ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, psikologi sosial, opini publik, komunikasi, dan semantik, untuk dapat memahami publik organisasi.
8.      Bidang kerja PR membutuhkan aplikasi multidisiplin ilmu, oleh karena itu praktisi PR wajib menguasai beragam disiplin ilmu.
9.      Seorang praktisi PR juga harus waspada terhadap masalah yang terjadi sehingga masalah tersebut tidak akan berubah menjadi krisis.
10.  Praktisi PR harus bisa dinilai berdasarkan ethical performancenya.

Inti dari kegiatan Humas Public Relations adalah melakukan komunikasi, baik yang ditujukan kepada internal maupun eksternal organisasi/ lembaga. Prinsip komunikasi yang efektif adalah, komunikator harus berorientasi kepada komunikan. Padahal komunikan/sasaran public relations memiliki karakteristik yang berbeda dan kepentingan yang berbeda kepada organisasi. Perbedaan ini yang mengharuskan pendekatan public relations juga harus berbeda. Untuk itulah diperlukan suatu strategi agar pelayanan informasi dapat dilakukan secara efektif.
Strategi Public Relations adalah alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan dalam kerangka suatu rencana Public Relations. Tujuan Public Relations untuk menegakan dan mengembangkan citra menguntungkan (favorable image) bagi suatu organisasi /lembaga. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan Public Relations diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholders, tempat berakarnya sikap mereka. Jika penggarapannya berhasil, akan diperoleh sikap menguntungkan. Jika sikap ini diungkapkan, ia menjadi opini yang menguntungkan. Opini yang menguntungkan pada gilirannya akan membentuk citra yang menguntungkan.
Dalam menyusun strategi pelayanan informasi, ada empat hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu ; kredibilitas public relations officer ( PRO ), adanya koordinasi yang kuat dalam lingkungan lembaga, terjalinnya hubungan yang harmonis antara PRO dengan sumber informasi serta kemasan kreativitas pesan berdasarkan khalayak sasaran (target audience ).


Sumber :
Jurnal Ilmiah SCRIPTURA ISSN 1978-385X Vol. 1 No.2 Juli 2007”
“Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 1, Maret 2005”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar