Senin, 09 Mei 2016

Teruntukmu yang Terindah...

Ini Kutipan Puisi dari Panji Ramdana suci ngefans banget sama kutipan puisi-puisi nya indah, keren dan nyetuh banget...
Kutipan puisi ini suci ambil dari instagram dia @MelodyDalamPuisi
Baca yaaa....

Kutipan Terindah


“Banyak orang bilang, apa pun yang berlebihan memang tidak baik. Cinta? Tidak terkecuali. Cinta pada sesama lebih tepatnya. Cintailah seseorang sewajarnya saja. Tanpa kamu melupakan siapa yang telah menciptakan engkau. Dengan ingatan yang jangan sampai mengalahkan ingatanmu pada sang pencipta. Sudahi jika itu terjadi, atau.. Kau sudahi cara mencintamu yang terlalu itu, dengan cinta yang sewajar-wajarnya cinta.”

“Menjagamu untuk saat ini adalah bukan tugasku, sebab kamu bukan hakku. Namun untuk menjaga hatiku agar tetap untukmu, itu adalah tugasku. Dan seutuhnya itu adalah hakku, boleh?”

“Seringkali aku bertanya pada diri sendiri, apakah kamu ditetapkan untukku atau tidak? Jika iya, kapan hari itu akan datang? Jika bukan, kapan jawaban tegas itu akan datang? Jika memang kamu adalah ketetapan yang tidak ditetapkan untuk menetap tetap untukku. Namun, kamu tetap adalah ketetapan terindah, dan akan selalu tetap begitu. Pada tiap detik yang hinggap, dalam kebersamaan langit temaram. Aku memandang penuh keyakinan, bahwa kamu adalah pilihanku.”

“Aku menyerah, lantas apa cara untuk tidak merindu, selain menemuimu? Jika tidak ada, biarkanlah aku menderita dalam keindahan. Teruntukmu yang kuingini tanpa mengingini aku kembali.”

“Sebab jodoh tidak akan tertukar, mungkin yang kita lakukan sekarang adalah sedang menjaga jodohnya orang lain. Karena itu, sudahilah hubungan tanpa ikatan itu. Bersabarlah dan ikhlaskanlah.”

“Mencari yang terbaik itu mudah, semisal yang selalu kau lihat itu, semisal yang selalu kau tetapkan sebagai mimpimu itu. Namun hargailah, ketika di sampingmu ada seseorang yang dengan baik ingin menjadi baik untukmu.”

“Setidak-baiknya aku, adalah menjadi bahagia karenamu yang telah selalu mendengarkan keluh kesahku. Terimakasih sahabat, karena engkau selalu ada dalam bahagia dan sedihku. Sebab sahabat terbaik adalah seseorang yang tidak memperdulikan apakah orang lain membutuhkan kita atau tidak, karena yang penting bahwa kita selalu ada untuk mereka.”

“Tidak akan ada hasil jika tidak ada proses. Jika kita tidak menghargai setiap proses kita, maka hasil yang didapat tidak akan berharga. Hargailah proses awal bangkitmu, jangan pernah samakan awal mulamu dengan tengah-tengah mereka yang sudah lebih dulu berhijrah. Hijab itu tak sekedar menutupi tapi melindungi.”

“Berbaringlah, jarak yang telah kita buat jangan pernah kita salahkan. Ia bukan sesuatu yang membuat kita. Tapi kitalah yang membuatnya. Karena mencintai seseorang bukan berarti harus mengucapkan/menuliskan namanya setiap hari. Tapi lebih jauh daripada itu.”

“Bayangkan ketika saat kamu terbangun dari tidur, kamu berada pada dunia tanpa cahaya. Gelap, semua jalan yang telah kau bangun tiba-tiba runtuh. Engkau tak mempunyai harapan dan semangat lagi. Karena itu bersyukurlah, sebab kita masih diberi penglihatan oleh-Nya, sesuatu yang amat diinginkan oleh orang lain. Oleh orang-orang yang menginginkan hidupnya seperti kita.”

“Mungkin bagimu aku hanya seseorang yang tidak pandai dalam membuatmu nyaman. Tidak seperti dia yang selalu bisa di sampingmu dan selalu menatap tepat matamu. Namun ketauhilah, aku melakukan itu semua karena aku ingin menjaga pandanganku. Dan dalam malam aku berharap, semoga doa-doaku ini dapat menenangkan hatimu, dan jika dibolehkan, aku ingin memenangkan atas kamu.”

“Yakinilah, atas hati kecilmu yang menuntunmu pada kebaikan. Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hati yang baik, ia tahu mana yang baik dan mana yang paling terbaik. Hanya saja, pikiran tak selalu menerima apa yang hati kecil kita katakan. “Aku belum siap!” Teriak pikiran pada ajakan hati untuk berhijrah maju ke depan. “Lalu kapan hari itu akan datang?” Tanya hati kembali. “Ketika pribadiku sudah baik, saat aku sudah benar-benar siap.” Pikiran menjelaskan dengan harap aku menerima dan menghiraukan bisikan hati kecilku. “Tapi, bukankah ajakanku adalah untuk menjadikan pribadimu lebih baik? Mengapa harus menunda-nunda?” Tak lelah hati selalu mengingatkan tentang kebaikan yang sebenarnya kita sudah tahu. Namun kita selalu memanfaatkan kelemahan waktu dan ketidaksiapan. Sampai hari itu tiba. Entah apakah hari itu akan datang atau tidak, tidak ada yang tahu. Kecuali kita melakukan itu sekarang, hari itu maka benar-benar tiba.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar